Persepsi
Indonesia Terhadap Anime
Anime sebenarnya sama seperti film kartun kebanyakan. Namun,
anime lebih merujuk ke animasi khas Jepang. Ada beberapa hal yang menjadi
perhatian tentang anime ini. Pertama, persepsi bahwa anime ini hanya pantas
menjadi tontonan bagi anak-anak. Banyak yang mengatakan “hah.. kartun ? kamu
udah gede masih nonton begituan ?”. Kedua, banyak orang Indonesia mengatakan
bahwa anime itu tidak mendidik karena banyak adegan kekerasan, perkelahian,
hingga pertumpahan darah dan banyak gambar yang tidak senonoh yang seharusnya
tidak dianjurkan untuk ditonton anak-anak.
Pada dasarnya anime hanyalah sebuah media apresiasi seni.
Masalah dampak yang ditimbulkan karena adanya anime ini kita sendiri yang
menentukan dan dibutuhkan peran orang tua untuk memantau sang anak, menunjukkan
mana yang benar dan salah. Anime sendiri tidak sepenuhnya bisa dikatakan ‘tidak
mendidik’. Banyak anime yang menyampaikan pesan moral secara tidak langsung.
Sebagai contoh, jika kita berbicara tentang persahabatan pastilah anime Naruto
yang terbayang, tentang keluarga: Fairy Tail, tentang kegigihan dan pantang
menyerah: Kuroko no Basket, tentang petualangan: One Piece dan masih banyak
lagi.
Dalam hal ini peran KPI dalam menyeleksi film-film yang akan
ditayangkan di Indonesia juga penting. Memang tidak sedikit anime yang
mengandung unsur vulgar, oleh karena itu perlu dilakukan sensoring agar tidak
berdampak pada mental anak yang menonton.
Pada awalnya kartun atau anime menampilkan cerita yang
sederhana. Namun, karena kemajuan teknologi, saat ini ceritanya menjadi semakin
kompleks, alurnya juga semakin bagus ditambah artwork nya yang sugoii.
Saat ini anime sudah tidak menjadi tontonan bagi anak-anak saja, orang dewasa, remaja (saya
contohnya) juga menonton anime. Anggapan bahwa anime hanyalah tontonan bagi
anak-anak mulai memudar. Anime semakin digemari diberbagai kalangan dan usia.
Pesan moral yang tidak disampaikan secara langsung dalam anime membuatnya
semakin menarik untuk ditonton.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar