Selasa, 20 Desember 2016

Persepsi Indonesia Terhadap Anime

Persepsi Indonesia Terhadap Anime

Anime sebenarnya sama seperti film kartun kebanyakan. Namun, anime lebih merujuk ke animasi khas Jepang. Ada beberapa hal yang menjadi perhatian tentang anime ini. Pertama, persepsi bahwa anime ini hanya pantas menjadi tontonan bagi anak-anak. Banyak yang mengatakan “hah.. kartun ? kamu udah gede masih nonton begituan ?”. Kedua, banyak orang Indonesia mengatakan bahwa anime itu tidak mendidik karena banyak adegan kekerasan, perkelahian, hingga pertumpahan darah dan banyak gambar yang tidak senonoh yang seharusnya tidak dianjurkan untuk ditonton anak-anak.

Pada dasarnya anime hanyalah sebuah media apresiasi seni. Masalah dampak yang ditimbulkan karena adanya anime ini kita sendiri yang menentukan dan dibutuhkan peran orang tua untuk memantau sang anak, menunjukkan mana yang benar dan salah. Anime sendiri tidak sepenuhnya bisa dikatakan ‘tidak mendidik’. Banyak anime yang menyampaikan pesan moral secara tidak langsung. Sebagai contoh, jika kita berbicara tentang persahabatan pastilah anime Naruto yang terbayang, tentang keluarga: Fairy Tail, tentang kegigihan dan pantang menyerah: Kuroko no Basket, tentang petualangan: One Piece dan masih banyak lagi.

Dalam hal ini peran KPI dalam menyeleksi film-film yang akan ditayangkan di Indonesia juga penting. Memang tidak sedikit anime yang mengandung unsur vulgar, oleh karena itu perlu dilakukan sensoring agar tidak berdampak pada mental anak yang menonton.

Pada awalnya kartun atau anime menampilkan cerita yang sederhana. Namun, karena kemajuan teknologi, saat ini ceritanya menjadi semakin kompleks, alurnya juga semakin bagus ditambah artwork nya yang sugoii.

Saat ini anime sudah tidak menjadi tontonan bagi  anak-anak saja, orang dewasa, remaja (saya contohnya) juga menonton anime. Anggapan bahwa anime hanyalah tontonan bagi anak-anak mulai memudar. Anime semakin digemari diberbagai kalangan dan usia. Pesan moral yang tidak disampaikan secara langsung dalam anime membuatnya semakin menarik untuk ditonton.

Senin, 07 November 2016

Pandangan Jepang Terhadap Anime



Persepsi Jepang Terhadap Anime

Anime merupakan produk unggulan industri film di Jepang. Jepang begitu gencar mengenalkan budayanya terhadap dunia. Sebagai bukti, mereka memproduksi anime dengan menambahkan unsur budaya mereka didalamnya. Jepang menggunakannya sebagai barang dagang utama dan menjualnya ke negara-negara lain. Hal ini sangat membantu perekonomian Jepang dan secara tidak langsung mereka juga mengenalkan budaya mereka kepada dunia. Selain itu banyak anime yang diadaptasi menjadi sebuah game, novel maupun komik.

Unsur budaya seperti cara berpakaian, perayaan hari-hari penting, tata krama bahkan budaya makan terdapat dalam anime yang mereka produksi. Teknologi yang canggih memungkinkan Negeri Sakura ini membuat anime dengan artwork yang bagus. Banyak permintaan dari negara-negara lain terhadap anime.

Jepang merupakan penyumbang budaya terbesar di Indonesia, hal ini terbukti dari tingginya permintaan terhadap manga (komik khas Jepang) dan anime. Tidak sedikit pula orang Indonesia yang terobsesi dengan si anime ini. Mereka menyebut onsesi tersebut dengan istilah ‘otaku’. Di Indonesia otaku dianggap sebagai julukan yang wajar bagi para pecinta bentuk visual dari manga, anime, game dan cosplay. Dalam hal ini makna otaku tidak dikonotasikan sebagai sebuah hal yang negatif atau menyimpang. 

Namun, berbeda dengan di Jepang. Disana mereka menyebut otaku sebagai sampah masyarakat. Bagaimana tidak, orang yang dianggap otaku ini adalah orang yang tidak mau meninggalkan rumah, tertutup dalam hubungan sosial dan mereka hanya berbicara tentang apa yang mereka suka. Dan uniknya, di negara selain Jepang, julukan otaku menjadi sebuah kebanggan bagi seorang yang menyukai sesuatu yang berbau Jepang.

Tidak diketahui berapa banyak otaku yang ada saat ini. Anime menjadi penyumbang devisa yang besar bagi Jepang. Selain itu, dunia mengenal budaya mereka dengan baik. Namun, di Jepang sendiri anime menjadi sebuah dilema. Karena menyebabkan sampah masyarakat terus bertambah.

Anime Store: Belanja Online Para Otaku



Anime Store

Pengen koleksi produk-produk anime ? Di Anime Store aja.
Saat ini anime atau animasi khas Jepang mulai banyak digemari di berbagai kalangan usia. Tidak sedikit dari mereka yang begitu antusias dengan event-event yang berbau anime atau Jepang. Tidak sedikit pula yang tertarik untuk memiliki barang-barang dengan karakter anime didalamnya. Barang-barang yang mereka inginkan kadang tidak mudah untuk didapatkan. Mereka harus pergi ke anime distro karena barang- barang tersebut tidak dijual secara bebas, atau mereka harus menunggu event-event Jejepangan yang biasanya menjual barang- barang yang diinginkan para pecinta anime.
Anime Store merupakan situs belanja online yang menyediakan produk-produk yang berbau anime. Barang-barang yang berbau anime seperti bishojo, bishounen, merchandise, kaos-kaos karakter, gantungan kunci, stiker dan masih banyak lagi. Untuk memasarkan produk, Anime Store menetapkan strategi marketingnya, antara lain:
1.  Produk
Berikut adalah beberapa sampel produk yang ada di Anime Store
Stiker :

Gantungan kunci :


Action figure:


Kaos:


Aksesoris:


Sarung Bantal:


Itu tadi beberapa produk Anime Store. Masih banyak lagi peroduk Anime Store, persediannya tergantung terhadap pesanan.
2.  Place
Place (tempat), produk Anime Store dapat dipesan di wilayah Yogyakarta, Solo, Klaten dan sekitarnya. Dengan target pasar yang akan dibidik adalah dari kalangan anak-anak, remaja hingga dewasa. Khususnya adalah para pecinta Anime.
3.  Price
Harga dari produk-produk Anime Store ini cukup bervariasi. Untuk stiker harga mulai Rp 5000- Rp 10.000, gantungan kunci harga mulai Rp 15.000- Rp 30.000, kaos harga mulai Rp 100.000- Rp 300.000, aksesoris harga mulai Rp 30.000- Rp 100.000, dan masih banyak lagi.
4.  Promotions
Anime Store cukup terbuka terhada pelanggan, dengan memberikan akses untuk menghubungi reseller lebih mudah. Karena promosi dilakukan di berbagai media sosial seperti Line, WA, BBM, Instagram, Blog dan Facebook.